Pencarian
Similar topics
Latest topics
Connect Facebook
Samudera Hati (TYK)
Statistics
Total 69 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah Pras
Total 428 kiriman artikel dari user in 160 subjects
Kelahiran dan Kematian Tiada Beda
Halaman 1 dari 1
Kelahiran dan Kematian Tiada Beda
Kemarin malam tanggal 27 Mei 2009, sepulang kantor aku tidak langsung pulang kerumah. melainkan pergi menjenguk papa dari temanku yang sedang terbaring koma di ruang ICU rumah sakit, papa temanku ini sudah 8 hari terbaring koma.
Ada sesuatu yang menarik dirumah sakit tersebut, dimana rumah sakit tersebut adalah rumah sakit khusus ibu dan anak, namun ada fasilitas lain untuk menerima pasien diluar ibu dan anak. Dan ruangan ICU tersebut satu ruangan dengan ruang bayi-bayi yang baru dilahirkan dan hanya dibatasi oleh sekat-sekat tembok.
Pada saat itu terlihat jelas disatu sisi keluarga-keluarga menyambut dengan suka cita kelahiran seorang bayi, tetapi disisi yang lain keluarga-keluarga berduka menunggu kesembuhan pasien dari sakit, atau ada juga keluarga yang harus rela dan tabah menerima kematian dari si pasien.
Saat itu kelahiran dan kematian diibaratkan seperti seutas tali, ujung yang satu adalah kelahiran, sedangkan ujung yang lainnya adalah kematian. Dan ketika kedua ujung itu disatukan membentuk satu lingkaran (lingkaran kehidupan) maka kita tidak dapat lagi membendakan mana yang kelahiran, mana yang kematian.
Karena kematian adalah akhir dari kelahiran, dan kelahiran adalah awal dari kematian. Selama ini kita terus berputar dalam lingkaran kehidupan, yaitu lahir, tua, sakit dan kemudian mati. Kita tak pernah bisa mengingkari ataupun lari dari fenomena alam yang sejati ini.
Karena kita tau bahwa dengan adanya kelahiran, maka pasti ada kematian, jika ada yang datang maka pasti ada yang pergi. Terkadang walau kita sudah tahu bahwa kematian itu pasti, kita masih saja diliputi oleh ketakutan yang mendalam tentang kematian, pernahkah kita mencoba untuk melawan dari kata ketakutan itu berganti dengan kata menghadapi kematian.
Kematian itu sesuatu yang pasti, dan hanya menunggu waktu saja. Apakah hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan kita tidak akan pernah tahu. Oleh sebab itu kita harus selalu siap ketika kematian datang. Dengan cara apa? dengan cara melewati hari-hari yang penuh makna, membantu sesama, menolong makhluk hidup, belajar dan menjalani hidup sesuai dhamma.
Hal tersebut digambarkan dalam kisah Mahabharata, yaitu ketika pandawa menjalani kehidupan dihutan bersama istrinya, dari awal menjalani kehidupan dihutan pandawa ditemani oleh seekor anjing yang setia, sampai akhirnya ketika semua pandawa dan istrinya meninggal yang hanya tersisa adalah Yudistira yang masih hidup dan tetap ditemani oleh seekor anjing. Ketika sudah mencapai puncak gunung Himalaya datang Batara Indra yang ingin menjemput Yudistira ke Surga, Yudistira ingin mengajak anjingnya tersebut ikut bersamanya naik ke surga, namun Batara Indra melarang dikarenakan binatang tidak boleh naik ke surga. Tetapi Yudistira menolak ke surga jika anjingnya tersebut tidak diperbolehkan ke surga bersamanya. Ternyata Batara Indra hanya menguji Yudistira, dan seketika itupula anjing itu lenyap dari pandangan.
Dalam cerita tersebut anjing itu diibaratkan dhamma, pesan moral dari cerita tersebut adalah "Dhamma adalah satu-satunya hal yang selalu menemani dalam perjalanan hidup seseorang". Dhamma akan selalu menemani dikehidupan lampau kita, kehidupan sekarang, ataupun dikehidupan yang akan datang. Bukan harta benda, pangkat, nama baik, keluarga, teman atau apapun. Karena kita lahir dan mati itu karena karma kita sendiri.
_/\_
Che Na
28 Mei 2009
Ada sesuatu yang menarik dirumah sakit tersebut, dimana rumah sakit tersebut adalah rumah sakit khusus ibu dan anak, namun ada fasilitas lain untuk menerima pasien diluar ibu dan anak. Dan ruangan ICU tersebut satu ruangan dengan ruang bayi-bayi yang baru dilahirkan dan hanya dibatasi oleh sekat-sekat tembok.
Pada saat itu terlihat jelas disatu sisi keluarga-keluarga menyambut dengan suka cita kelahiran seorang bayi, tetapi disisi yang lain keluarga-keluarga berduka menunggu kesembuhan pasien dari sakit, atau ada juga keluarga yang harus rela dan tabah menerima kematian dari si pasien.
Saat itu kelahiran dan kematian diibaratkan seperti seutas tali, ujung yang satu adalah kelahiran, sedangkan ujung yang lainnya adalah kematian. Dan ketika kedua ujung itu disatukan membentuk satu lingkaran (lingkaran kehidupan) maka kita tidak dapat lagi membendakan mana yang kelahiran, mana yang kematian.
Karena kematian adalah akhir dari kelahiran, dan kelahiran adalah awal dari kematian. Selama ini kita terus berputar dalam lingkaran kehidupan, yaitu lahir, tua, sakit dan kemudian mati. Kita tak pernah bisa mengingkari ataupun lari dari fenomena alam yang sejati ini.
Karena kita tau bahwa dengan adanya kelahiran, maka pasti ada kematian, jika ada yang datang maka pasti ada yang pergi. Terkadang walau kita sudah tahu bahwa kematian itu pasti, kita masih saja diliputi oleh ketakutan yang mendalam tentang kematian, pernahkah kita mencoba untuk melawan dari kata ketakutan itu berganti dengan kata menghadapi kematian.
Kematian itu sesuatu yang pasti, dan hanya menunggu waktu saja. Apakah hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan kita tidak akan pernah tahu. Oleh sebab itu kita harus selalu siap ketika kematian datang. Dengan cara apa? dengan cara melewati hari-hari yang penuh makna, membantu sesama, menolong makhluk hidup, belajar dan menjalani hidup sesuai dhamma.
Hal tersebut digambarkan dalam kisah Mahabharata, yaitu ketika pandawa menjalani kehidupan dihutan bersama istrinya, dari awal menjalani kehidupan dihutan pandawa ditemani oleh seekor anjing yang setia, sampai akhirnya ketika semua pandawa dan istrinya meninggal yang hanya tersisa adalah Yudistira yang masih hidup dan tetap ditemani oleh seekor anjing. Ketika sudah mencapai puncak gunung Himalaya datang Batara Indra yang ingin menjemput Yudistira ke Surga, Yudistira ingin mengajak anjingnya tersebut ikut bersamanya naik ke surga, namun Batara Indra melarang dikarenakan binatang tidak boleh naik ke surga. Tetapi Yudistira menolak ke surga jika anjingnya tersebut tidak diperbolehkan ke surga bersamanya. Ternyata Batara Indra hanya menguji Yudistira, dan seketika itupula anjing itu lenyap dari pandangan.
Dalam cerita tersebut anjing itu diibaratkan dhamma, pesan moral dari cerita tersebut adalah "Dhamma adalah satu-satunya hal yang selalu menemani dalam perjalanan hidup seseorang". Dhamma akan selalu menemani dikehidupan lampau kita, kehidupan sekarang, ataupun dikehidupan yang akan datang. Bukan harta benda, pangkat, nama baik, keluarga, teman atau apapun. Karena kita lahir dan mati itu karena karma kita sendiri.
_/\_
Che Na
28 Mei 2009
Che Na- Jumlah posting : 94
Points : 186
Reputation : 3
Join date : 29.06.09
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Tue May 15, 2012 12:26 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 3
Sun Mar 25, 2012 4:42 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 2.
Sun Mar 25, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Kundalini Part 1 By TRIMURTI YOGA KUNDALINI
Sat Mar 24, 2012 9:24 pm by henry_gautama
» Kundalini-not Only in Hinduism
Sat Mar 24, 2012 8:52 pm by henry_gautama
» Pandangan Tantrayana ttg Pembangkitan Kundalini:
Fri Mar 23, 2012 9:52 pm by henry_gautama
» Beasiswa S1
Tue Mar 20, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Lowongan MANAGER OPERASIONAL
Tue Mar 20, 2012 4:37 pm by henry_gautama
» Mengenal lebih dekat Kundalini
Tue Mar 20, 2012 3:16 pm by henry_gautama