Pencarian
Similar topics
Latest topics
Connect Facebook
Samudera Hati (TYK)
Statistics
Total 69 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah Pras
Total 428 kiriman artikel dari user in 160 subjects
Ada dan Tiada
2 posters
Halaman 1 dari 1
Ada dan Tiada
Minggu lalu ketika sedang istirahat dikamar tengah hari, tiba-tiba hp ku berdering, seorang teman lama yang tiba-tiba saja menelponku.
Dia menanyakan apa kabarku dan sedang apa? Aku menjawab dan akupun bertanya kepadanya hal yang sama.
Ada yang aneh ketika dia berbicara, terasa sekali dari suaranya sangat berat, ada kelelahan disana. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri telpon dan melanjutkannya di chating.
Ketika di chating itulah aku memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Aku juga mengatakan bahwa aku merasakan ada kelelahan pada dirinya.
Kemudian dia berterus terang bahwa dia lelah fisik, batin, pikiran dll. Aku mencoba untuk menenangkan dirinya, menguatkan dirinya. Dimana dia merasa bahwa dia sendiri, tanpa teman, tanpa siapapun yang “peduli”, yang “cinta” kepadanya.
Saat itu dengan tulus aku mengatakan bahwa “peganglah tanganku dan kita akan berjalan bersama, kamu tidak sendiri”. Dia mengucapkan terima kasih dan akhirnya dia offline.
Tidak berapa lamu aku chat dengan seorang teman, dan ternyata temanku itu juga sama, merasa “sendiri”.
Temanku yang kedua ini sejak aku mengenalnya tak pernah terlintas dikepalaku bahwa dia merasa “sendiri”. Dia aktif di FB dan forum, dengan komentar-komentarnya yang lucu, bijak, bahkan kadang sedikit “keluar jalur”.
Jika dilihat dari kedua temanku ini, mereka sama-sama memiliki masalah yang sama yaitu merasa sendiri dan kesepian.
Namun mereka berbeda dalam hal “menanggapi” masalah yang mereka hadapi. Disatu sisi temanku terlalu tenggelam dalam kesendiriannya, sampai akhirnya benar-benar kehilangan jati dirinya. Sedangkan disisi lain temanku yang kedua keluar dari permasalahannya dengan cara masuk kedunia sosial.
Aku pernah mengungkapkan suatu kalimat yang berbunyi “ seseorang akan merasa “hidup” jika diakui keberadaanya”
Kita semua pasti akan merasa “mati” jika keberadaan kita tidak pernah diakui bukan???
Hanya saja terkadang kita terlalu egois, dimana kita ingin diakui oleh lingkungan tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk lingkungan.
Kita ingin disayang, tanpa kita menyayangi orang lain terlebih dahulu, saya rasa itu sangat sulit.
Jadi seperti temanku yang kedua walau dia merasa sendiri, tetapi dia sendiri “meng-ada-kan” dirinya kedalam lingkungan.
Sedang temanku yang pertama dia sendiri yang “men-tiada-kan” dirinya dari lingkungan.
Che Na
27 Agustus 2009
Dia menanyakan apa kabarku dan sedang apa? Aku menjawab dan akupun bertanya kepadanya hal yang sama.
Ada yang aneh ketika dia berbicara, terasa sekali dari suaranya sangat berat, ada kelelahan disana. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri telpon dan melanjutkannya di chating.
Ketika di chating itulah aku memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Aku juga mengatakan bahwa aku merasakan ada kelelahan pada dirinya.
Kemudian dia berterus terang bahwa dia lelah fisik, batin, pikiran dll. Aku mencoba untuk menenangkan dirinya, menguatkan dirinya. Dimana dia merasa bahwa dia sendiri, tanpa teman, tanpa siapapun yang “peduli”, yang “cinta” kepadanya.
Saat itu dengan tulus aku mengatakan bahwa “peganglah tanganku dan kita akan berjalan bersama, kamu tidak sendiri”. Dia mengucapkan terima kasih dan akhirnya dia offline.
Tidak berapa lamu aku chat dengan seorang teman, dan ternyata temanku itu juga sama, merasa “sendiri”.
Temanku yang kedua ini sejak aku mengenalnya tak pernah terlintas dikepalaku bahwa dia merasa “sendiri”. Dia aktif di FB dan forum, dengan komentar-komentarnya yang lucu, bijak, bahkan kadang sedikit “keluar jalur”.
Jika dilihat dari kedua temanku ini, mereka sama-sama memiliki masalah yang sama yaitu merasa sendiri dan kesepian.
Namun mereka berbeda dalam hal “menanggapi” masalah yang mereka hadapi. Disatu sisi temanku terlalu tenggelam dalam kesendiriannya, sampai akhirnya benar-benar kehilangan jati dirinya. Sedangkan disisi lain temanku yang kedua keluar dari permasalahannya dengan cara masuk kedunia sosial.
Aku pernah mengungkapkan suatu kalimat yang berbunyi “ seseorang akan merasa “hidup” jika diakui keberadaanya”
Kita semua pasti akan merasa “mati” jika keberadaan kita tidak pernah diakui bukan???
Hanya saja terkadang kita terlalu egois, dimana kita ingin diakui oleh lingkungan tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk lingkungan.
Kita ingin disayang, tanpa kita menyayangi orang lain terlebih dahulu, saya rasa itu sangat sulit.
Jadi seperti temanku yang kedua walau dia merasa sendiri, tetapi dia sendiri “meng-ada-kan” dirinya kedalam lingkungan.
Sedang temanku yang pertama dia sendiri yang “men-tiada-kan” dirinya dari lingkungan.
Che Na
27 Agustus 2009
Che Na- Jumlah posting : 94
Points : 186
Reputation : 3
Join date : 29.06.09
Re: Ada dan Tiada
Che Na wrote:Minggu lalu ketika sedang istirahat dikamar tengah hari, tiba-tiba hp ku berdering, seorang teman lama yang tiba-tiba saja menelponku.
Dia menanyakan apa kabarku dan sedang apa? Aku menjawab dan akupun bertanya kepadanya hal yang sama.
Ada yang aneh ketika dia berbicara, terasa sekali dari suaranya sangat berat, ada kelelahan disana. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri telpon dan melanjutkannya di chating.
Ketika di chating itulah aku memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Aku juga mengatakan bahwa aku merasakan ada kelelahan pada dirinya.
Kemudian dia berterus terang bahwa dia lelah fisik, batin, pikiran dll. Aku mencoba untuk menenangkan dirinya, menguatkan dirinya. Dimana dia merasa bahwa dia sendiri, tanpa teman, tanpa siapapun yang “peduli”, yang “cinta” kepadanya.
Saat itu dengan tulus aku mengatakan bahwa “peganglah tanganku dan kita akan berjalan bersama, kamu tidak sendiri”. Dia mengucapkan terima kasih dan akhirnya dia offline.
Tidak berapa lamu aku chat dengan seorang teman, dan ternyata temanku itu juga sama, merasa “sendiri”.
Temanku yang kedua ini sejak aku mengenalnya tak pernah terlintas dikepalaku bahwa dia merasa “sendiri”. Dia aktif di FB dan forum, dengan komentar-komentarnya yang lucu, bijak, bahkan kadang sedikit “keluar jalur”.
Jika dilihat dari kedua temanku ini, mereka sama-sama memiliki masalah yang sama yaitu merasa sendiri dan kesepian.
Namun mereka berbeda dalam hal “menanggapi” masalah yang mereka hadapi. Disatu sisi temanku terlalu tenggelam dalam kesendiriannya, sampai akhirnya benar-benar kehilangan jati dirinya. Sedangkan disisi lain temanku yang kedua keluar dari permasalahannya dengan cara masuk kedunia sosial.
Aku pernah mengungkapkan suatu kalimat yang berbunyi “ seseorang akan merasa “hidup” jika diakui keberadaanya”
Kita semua pasti akan merasa “mati” jika keberadaan kita tidak pernah diakui bukan???
Hanya saja terkadang kita terlalu egois, dimana kita ingin diakui oleh lingkungan tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk lingkungan.
Kita ingin disayang, tanpa kita menyayangi orang lain terlebih dahulu, saya rasa itu sangat sulit.
Jadi seperti temanku yang kedua walau dia merasa sendiri, tetapi dia sendiri “meng-ada-kan” dirinya kedalam lingkungan.
Sedang temanku yang pertama dia sendiri yang “men-tiada-kan” dirinya dari lingkungan.
Che Na
27 Agustus 2009
bung che na, apakah menurut bung bahwa lingkungan itu memang tidak mau tahu apapun mengenai keadaan orang? bung yakin akan hal itu?
oot30- Jumlah posting : 103
Points : 104
Reputation : 0
Join date : 19.08.09
Re: Ada dan Tiada
Sebenarnya "lingkungan" itu bukan tidak mau tahu. atau bahkan tidak mau peduli. BUkan itu sebenarnya. Lingkungan sebenarnya selelu "terbuka" untuk siapa saja, apa saja semuanya. Namun kita lah yang biasanya "menutup diri", kita yang "menjaga jarak" dari lingkungan.
_/\_
Che Na
_/\_
Che Na
Che Na- Jumlah posting : 94
Points : 186
Reputation : 3
Join date : 29.06.09
Re: Ada dan Tiada
Che Na wrote:Sebenarnya "lingkungan" itu bukan tidak mau tahu. atau bahkan tidak mau peduli. BUkan itu sebenarnya. Lingkungan sebenarnya selelu "terbuka" untuk siapa saja, apa saja semuanya. Namun kita lah yang biasanya "menutup diri", kita yang "menjaga jarak" dari lingkungan.
_/\_
Che Na
bung lucu sekali. pernyataan bung kali ini penuh resiko!
seterbuka apa bung akan berikan kepada lingkungan?
apa bung begitu saja bisa terbuka dengan suatu lingkungan?
jenis lingkungan yang bagaimanakah yang bung maksudkan untuk kita 'tidak membuat jarak' lagi?
apakah bung katakan bahwa orang tua bung keliru dengan memilihkan suatu lingkungan kehidupan yang baik untuk anaknya demi perkembangan fisik mentalnya kelak? saya tidak mengerti bung!
oot30- Jumlah posting : 103
Points : 104
Reputation : 0
Join date : 19.08.09
Re: Ada dan Tiada
contoh kecil dari keterbukaan lingkungan adalah sebuah senyuman.
senyuman adalah lengkungan lembut yang dapat meluruskan banyak hal.
Terkadang kita enggan untuk tersenyum kepada orang asing, atau bahkan orang disekeliling kita.
Kelihatannya senyuman itu sepele, namun artinya sangat besar. saya pernah kesupermarket dalam antrian yang sangat panjang, dan didepan saya seorang ibu setengah baya membawa 2 kerangjang dorong besar dengan penuh barang-barang. Ketika dia menoleh kebelakang, dia melihat saya dan saya tersenyum dengan tulus. Tanpa maksud apa2. Anda tahu kejadian selanjutnya?? ketika sampai pada gilirannya, dia menoleh kesaya dan mempersilahkan saya melewati beliau, untuk menggantikan posisi beliau. karena beliau melihat jumlah belanjaan saya hanya sedikit.
Anda lihat kekuatan dari sebuah senyuman, kekuatan dari sebuah "keterbukaan".
Jadi jikalau saja saya acuh tak acuh ketika dia menoleh kepada saya saat itu, pasti yang terjadi adalah saya akan menunggu sekitar 30 menit lebih lama.
Itu adalah contoh sebagian kecil dari rutinitas kehidupan, dengan terbuka pada lingkungan.
_/\_
Che na
senyuman adalah lengkungan lembut yang dapat meluruskan banyak hal.
Terkadang kita enggan untuk tersenyum kepada orang asing, atau bahkan orang disekeliling kita.
Kelihatannya senyuman itu sepele, namun artinya sangat besar. saya pernah kesupermarket dalam antrian yang sangat panjang, dan didepan saya seorang ibu setengah baya membawa 2 kerangjang dorong besar dengan penuh barang-barang. Ketika dia menoleh kebelakang, dia melihat saya dan saya tersenyum dengan tulus. Tanpa maksud apa2. Anda tahu kejadian selanjutnya?? ketika sampai pada gilirannya, dia menoleh kesaya dan mempersilahkan saya melewati beliau, untuk menggantikan posisi beliau. karena beliau melihat jumlah belanjaan saya hanya sedikit.
Anda lihat kekuatan dari sebuah senyuman, kekuatan dari sebuah "keterbukaan".
Jadi jikalau saja saya acuh tak acuh ketika dia menoleh kepada saya saat itu, pasti yang terjadi adalah saya akan menunggu sekitar 30 menit lebih lama.
Itu adalah contoh sebagian kecil dari rutinitas kehidupan, dengan terbuka pada lingkungan.
_/\_
Che na
Che Na- Jumlah posting : 94
Points : 186
Reputation : 3
Join date : 29.06.09
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|
Tue May 15, 2012 12:26 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 3
Sun Mar 25, 2012 4:42 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 2.
Sun Mar 25, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Kundalini Part 1 By TRIMURTI YOGA KUNDALINI
Sat Mar 24, 2012 9:24 pm by henry_gautama
» Kundalini-not Only in Hinduism
Sat Mar 24, 2012 8:52 pm by henry_gautama
» Pandangan Tantrayana ttg Pembangkitan Kundalini:
Fri Mar 23, 2012 9:52 pm by henry_gautama
» Beasiswa S1
Tue Mar 20, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Lowongan MANAGER OPERASIONAL
Tue Mar 20, 2012 4:37 pm by henry_gautama
» Mengenal lebih dekat Kundalini
Tue Mar 20, 2012 3:16 pm by henry_gautama