Pencarian
Similar topics
Latest topics
Connect Facebook
Samudera Hati (TYK)
Statistics
Total 69 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah Pras
Total 428 kiriman artikel dari user in 160 subjects
Jalan Tengah
Halaman 1 dari 1
Jalan Tengah
Beberapa minggu belakangan ini saya mengikuti kegiatan pemerhati yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Kegiatan ini diadakan di Rawat Inap RSKB (Rumah Sakit Khusus Bedah) Tzu Chi. Dan kegiatan relawan adalah membantu para suster seperti memberikan obat ke pasien, menggantikan sprei pasien, memandikan pasien, mengganti perban, memberikan makan dan mengajak ngobrol pasien.
Setiap kali piket disana yang sering terlihat adalah pasien-pasien penderita Diabetes. Seperti yang kita ketahui bahwa penderita Diabetes tersebut adalah orang-orang yang mempunyai kadar gula darah diatas normal.
Dan semalam tepatnya tanggal 28 Mei 2009 pukul 19.00 saya kembali menemui teman saya yang papanya sedang terbaring di ICU. Ketika kami sedang ngobrol dan teman saya bercerita, bahwa papanya ketika diketemukan tidak sadarkan diri dan kadar gula darahnya hampir nol.
Dan menurut kedokteran bila kadar gula terlalu rendah itu juga tidak baik, dapat menyebabkan lemas, tak ada tenaga bahkan kemungkinan terburuk bisa mengalami gangguan pada organ tubuh yang lain.
Pada saat mendengar cerita tersebut, dan saya coba menghubungkan dengan pengalaman saya di RSKB ternyata hal ini seperti "jalan ekstrim" yang ditempuh pertapa Gaotama. Yang seringkali digambarkan dalam syair yang kurang lebih sebagai berikut :
" Jika tali gitar dipetik terlalu kencang, maka talinya kan putus dan tidak dapat menghasilkan lagu merdu. Jika tali gitar dipetik terlalu kendur maka suaranya kan sumbang dan tidak dapat menghasilkan lagu merdu. Tetapi jika tali gitar dipetik dengan pas makan akan menghasilkan lagu merdu"
Kita seringkali tanpa disadari suka dengan hal-hal yang ekstrim, contohnya gula tersebut, orang yang penyuka gula dan mengkonsumsi terlalu banyak, maka akan sakit yaitu menderita Diabetes, sedangkan orang yang tidak suka gula sama sekali maka akan sakit pula seperti lemas dan bisa saja pingsan.
Contoh lain adalah obat, kadang obat bagi orang-orang tertentu bisa menjadi penyembuh penyakit, dan bisa menjadi racun jika tidak menuruti petunjuk dokter karena over dosis, atau jika tidak di makan dengan teratur bisa tidak akan sembuh.
Contoh-contoh tersebut diatas seringkali kita jumpai di dalam masyarakat. Sedangkan yang kita ketahui sebagai umat Buddha itu lebih dikenal dengan jalan ekstrim. Jalan yang membuat kita terjebak dalam dua lisme.
Kadang kita lupa, ketika kita mendapatkan sesuatu yang membuat kita gembira, kita terlena disana. Kita terlalu menikmati kegembiraan itu, padahal kegembiraan yang kita alami hanya sebuah fenomena batin dan pikiran. Jika fenomena itu lenyap yang tertinggal adalah kekecewaan diri. Begitupula sebaliknya ketika kita mendapatkan suatu masalah atau musibah, yang terjadi kita terlalu hanyut dalam kesedihan, padahal kesedihan itu juga suatu fenomena saja.
Apa yang harusnya kita lakukan untuk mengindari jalan ekstrim itu? yaitu kita harus berada ditengah, menempuh jalan tengah (sila, samadhi, panna) dan menjadi seimbang. Ketika kita seimbang maka kita tidak dapat lagi tertarik diantara dua titik eksrim.
Kalau boleh saya umpamakan dua titik ekstrim itu seperti dua kutub magnet. Jika kita berada terlalu dekat dengan kutub yang satu maka kita akan tertarik kekutub tersebut, begitupula sebaliknya dengan kutub yang lainnya, jika kita terlalu dekat maka kita akan tertarik kekutub tersebut. Maka yang kita harus lakukan adalah tidak berada diantara dua kutub tersebut.
_/\_
Che Na
29 Mei 2009
Setiap kali piket disana yang sering terlihat adalah pasien-pasien penderita Diabetes. Seperti yang kita ketahui bahwa penderita Diabetes tersebut adalah orang-orang yang mempunyai kadar gula darah diatas normal.
Dan semalam tepatnya tanggal 28 Mei 2009 pukul 19.00 saya kembali menemui teman saya yang papanya sedang terbaring di ICU. Ketika kami sedang ngobrol dan teman saya bercerita, bahwa papanya ketika diketemukan tidak sadarkan diri dan kadar gula darahnya hampir nol.
Dan menurut kedokteran bila kadar gula terlalu rendah itu juga tidak baik, dapat menyebabkan lemas, tak ada tenaga bahkan kemungkinan terburuk bisa mengalami gangguan pada organ tubuh yang lain.
Pada saat mendengar cerita tersebut, dan saya coba menghubungkan dengan pengalaman saya di RSKB ternyata hal ini seperti "jalan ekstrim" yang ditempuh pertapa Gaotama. Yang seringkali digambarkan dalam syair yang kurang lebih sebagai berikut :
" Jika tali gitar dipetik terlalu kencang, maka talinya kan putus dan tidak dapat menghasilkan lagu merdu. Jika tali gitar dipetik terlalu kendur maka suaranya kan sumbang dan tidak dapat menghasilkan lagu merdu. Tetapi jika tali gitar dipetik dengan pas makan akan menghasilkan lagu merdu"
Kita seringkali tanpa disadari suka dengan hal-hal yang ekstrim, contohnya gula tersebut, orang yang penyuka gula dan mengkonsumsi terlalu banyak, maka akan sakit yaitu menderita Diabetes, sedangkan orang yang tidak suka gula sama sekali maka akan sakit pula seperti lemas dan bisa saja pingsan.
Contoh lain adalah obat, kadang obat bagi orang-orang tertentu bisa menjadi penyembuh penyakit, dan bisa menjadi racun jika tidak menuruti petunjuk dokter karena over dosis, atau jika tidak di makan dengan teratur bisa tidak akan sembuh.
Contoh-contoh tersebut diatas seringkali kita jumpai di dalam masyarakat. Sedangkan yang kita ketahui sebagai umat Buddha itu lebih dikenal dengan jalan ekstrim. Jalan yang membuat kita terjebak dalam dua lisme.
Kadang kita lupa, ketika kita mendapatkan sesuatu yang membuat kita gembira, kita terlena disana. Kita terlalu menikmati kegembiraan itu, padahal kegembiraan yang kita alami hanya sebuah fenomena batin dan pikiran. Jika fenomena itu lenyap yang tertinggal adalah kekecewaan diri. Begitupula sebaliknya ketika kita mendapatkan suatu masalah atau musibah, yang terjadi kita terlalu hanyut dalam kesedihan, padahal kesedihan itu juga suatu fenomena saja.
Apa yang harusnya kita lakukan untuk mengindari jalan ekstrim itu? yaitu kita harus berada ditengah, menempuh jalan tengah (sila, samadhi, panna) dan menjadi seimbang. Ketika kita seimbang maka kita tidak dapat lagi tertarik diantara dua titik eksrim.
Kalau boleh saya umpamakan dua titik ekstrim itu seperti dua kutub magnet. Jika kita berada terlalu dekat dengan kutub yang satu maka kita akan tertarik kekutub tersebut, begitupula sebaliknya dengan kutub yang lainnya, jika kita terlalu dekat maka kita akan tertarik kekutub tersebut. Maka yang kita harus lakukan adalah tidak berada diantara dua kutub tersebut.
_/\_
Che Na
29 Mei 2009
Che Na- Jumlah posting : 94
Points : 186
Reputation : 3
Join date : 29.06.09
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Tue May 15, 2012 12:26 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 3
Sun Mar 25, 2012 4:42 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 2.
Sun Mar 25, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Kundalini Part 1 By TRIMURTI YOGA KUNDALINI
Sat Mar 24, 2012 9:24 pm by henry_gautama
» Kundalini-not Only in Hinduism
Sat Mar 24, 2012 8:52 pm by henry_gautama
» Pandangan Tantrayana ttg Pembangkitan Kundalini:
Fri Mar 23, 2012 9:52 pm by henry_gautama
» Beasiswa S1
Tue Mar 20, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Lowongan MANAGER OPERASIONAL
Tue Mar 20, 2012 4:37 pm by henry_gautama
» Mengenal lebih dekat Kundalini
Tue Mar 20, 2012 3:16 pm by henry_gautama