Pencarian
Similar topics
Latest topics
Connect Facebook
Samudera Hati (TYK)
Statistics
Total 69 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah Pras
Total 428 kiriman artikel dari user in 160 subjects
:: Riwayat Pedang Taia :: - # 1
:: Lain Lain :: Diskusi Umum
Halaman 1 dari 1
:: Riwayat Pedang Taia :: - # 1
“Rasanya, sebagai seorang ahli ilmu bela diri, saya tidak bertarung demi kemenangan atau kekalahan, saya tidak memedulikan kekuatan atau kelemahan, serta tidak pula melangkah maju atau mundur. Musuh tidak melihat saya. Saya tidak melihat musuh. Saat menyusup ke tempat langit dan bumi belum terbagi, tempat Yin dan Yang belum ada, saya dengan cepat mendapatkan manfaat.”
Kata ‘rasanya’ mengindikasikan sesuatu yang tidak saya ketahui secara pasti.
Aslinya, karakter ini dibaca dengan arti “penutup”. Sebagai contoh, saat sebuah penutup diletakkan di atas setiap lapisan kotak, walaupun tidak tahu pasti apa yang telah diletakkan di dalamnya, jika menggunakan imajinasi, kita akan bisa menebak dengan tepat sebanyak enam atau tujuh kali dari total sepuluh kali menebak. Di sini saya juga tidak tahu dengan pasti, tetapi mengira-ngira bahwa pasti begitu adanya. Sebenarnya, hal seperti itu adalah bentuk-bentuk penulisan yang kita gunakan mengenai hal-hal yang bahkan sudah kita ketahui dengan pasti. Kita melakukannya untuk merendahkan hati dan agar tidak terlihat berbicara dengan sikap sok tahu.
‘Ahli ilmu bela diri’ adalah seperti yang diindikasikan oleh huruf tulisannya.
‘Tidak bertarung demi kemenangan atau kekalahan, tidak memperdulikan kekuatan atau kelemahan’ berarti tidak bersaing demi kemenangan atau khawatir akan kekalahan, serta tidak peduli pada fungsi kekuatan atau kelemahan.
‘Tidak melangkah maju atau mundur’ berarti tidak mengambil, baik satu langkah ke depan maupun ke belakang. Kemenangan didapatkan tanpa beranjak dari tempatmu berada.
Kata ‘saya’ dalam kalimat “musuh tidak melihat saya” merujuk pada Diri Sejati saya. Hal itu tidak berarti bagaimana kesan orang terhadap saya. Orang dapat dengan mudah melihat kesan diri; tetapi jarang sekali dapat mengenali Diri Sejati. Karena itu, saya berkata, “Musuh tidak melihat saya.”
‘Saya tidak melihat musuh’. Karena saya tidak melihat dari sudut pandang pribadi mengenai kesan diri, saya tidak melihat seni ilmu bela diri dari kesan diri musuh saya. Walaupun saya berkata, “Saya tidak melihat musuh”, ini tidak berarti saya tidak melihat musuh yang berada tepat di depan saya. Bisa melihat yang satu tanpa melihat yang lain adalah hal yang janggal.
Dengan demikian, Diri Sejati adalah inti diri yang sudah ada sebelum terbaginya langit dan bumi serta sebelum terlahirnya ayah dan ibu. Inti diri ini adalah inti diri dalam diri saya, burung, dan binatang, rumput dan pohon, serta seluruh fenomena. Inilah tepatnya yang disebut sebagai jiwa Buddha (Bodhicitta).
Inti diri ini tidak mempunyai bentuk atau rupa, tidak ada kelahiran, dan tidak ada kematian. Ini bukanlah inti diri yang dapat dilihat dengan bantuan matamu yang ada saat ini. Hanya orang yang mendapatkan penerangan sempurna yang mampu melihatnya. Orang yang sungguh-sungguh bisa melihat hal ini dikatakan telah melihat jiwanya sendiri dan menjadi seorang Buddha.
Di zaman dahulu, Yang Dimuliakan Dunia (Sang Buddha) pergi ke Snowy Mountain (gunung salju), dan – setelah melewati enam tahun penderitaan – mendapatkan penerangan sempurna. Ini adalah penerangan sempurna dari Diri Sejati. Manusia biasa tidak mempunyai kekuatan kepercayaan dan tidak mengenal arti kegigihan walaupun hanya untuk tiga atau lima tahun. Namun, mereka yang mempelajari Jalan (Ajaran) itu pastilah benar-benar rajin selama sepuluh sampai dua puluh tahun, dua puluh empat jam sehari. Mereka menghimpun kekuatan kepercayaan yang besar, berbicara dengan orang-orang yang mempunyai kebijaksanaan, serta tidak memedulikan kesulitan dan penderitaan. Ibarat orang tua yang kehilangan anak, mereka tidak akan mundur sedikit pun dari ketetapan hati mereka. Mereka berpikir secara mendalam, menambah pertanyaan demi pertanyaan. Pada akhirnya, mereka akan tiba di sebuah tempat di mana bahkan ajaran Buddha dan Hukum Buddha akan meleleh, dan secara alami mereka akan mampu melihat “Ini”.
‘Saat menyusup ke tempat langit dan bumi belum terbagi, tempat Yin dan Yang belum ada, saya dengan cepat mendapatkan manfaat’, berarti mengarahkan pandangan ke sebuah tempat yang sudah ada sebelum langit menjadi langit dan bumi menjadi bumi, serta sebelum Yin dan Yang terbentuk. Hal ini berarti tidak menggunakan pemikiran atau pemahaman, serta harus menatap lurus ke depan. Dengan cara ini, saat pencapaian efek yang besar pasti akan tiba.
Kata ‘rasanya’ mengindikasikan sesuatu yang tidak saya ketahui secara pasti.
Aslinya, karakter ini dibaca dengan arti “penutup”. Sebagai contoh, saat sebuah penutup diletakkan di atas setiap lapisan kotak, walaupun tidak tahu pasti apa yang telah diletakkan di dalamnya, jika menggunakan imajinasi, kita akan bisa menebak dengan tepat sebanyak enam atau tujuh kali dari total sepuluh kali menebak. Di sini saya juga tidak tahu dengan pasti, tetapi mengira-ngira bahwa pasti begitu adanya. Sebenarnya, hal seperti itu adalah bentuk-bentuk penulisan yang kita gunakan mengenai hal-hal yang bahkan sudah kita ketahui dengan pasti. Kita melakukannya untuk merendahkan hati dan agar tidak terlihat berbicara dengan sikap sok tahu.
‘Ahli ilmu bela diri’ adalah seperti yang diindikasikan oleh huruf tulisannya.
‘Tidak bertarung demi kemenangan atau kekalahan, tidak memperdulikan kekuatan atau kelemahan’ berarti tidak bersaing demi kemenangan atau khawatir akan kekalahan, serta tidak peduli pada fungsi kekuatan atau kelemahan.
‘Tidak melangkah maju atau mundur’ berarti tidak mengambil, baik satu langkah ke depan maupun ke belakang. Kemenangan didapatkan tanpa beranjak dari tempatmu berada.
Kata ‘saya’ dalam kalimat “musuh tidak melihat saya” merujuk pada Diri Sejati saya. Hal itu tidak berarti bagaimana kesan orang terhadap saya. Orang dapat dengan mudah melihat kesan diri; tetapi jarang sekali dapat mengenali Diri Sejati. Karena itu, saya berkata, “Musuh tidak melihat saya.”
‘Saya tidak melihat musuh’. Karena saya tidak melihat dari sudut pandang pribadi mengenai kesan diri, saya tidak melihat seni ilmu bela diri dari kesan diri musuh saya. Walaupun saya berkata, “Saya tidak melihat musuh”, ini tidak berarti saya tidak melihat musuh yang berada tepat di depan saya. Bisa melihat yang satu tanpa melihat yang lain adalah hal yang janggal.
Dengan demikian, Diri Sejati adalah inti diri yang sudah ada sebelum terbaginya langit dan bumi serta sebelum terlahirnya ayah dan ibu. Inti diri ini adalah inti diri dalam diri saya, burung, dan binatang, rumput dan pohon, serta seluruh fenomena. Inilah tepatnya yang disebut sebagai jiwa Buddha (Bodhicitta).
Inti diri ini tidak mempunyai bentuk atau rupa, tidak ada kelahiran, dan tidak ada kematian. Ini bukanlah inti diri yang dapat dilihat dengan bantuan matamu yang ada saat ini. Hanya orang yang mendapatkan penerangan sempurna yang mampu melihatnya. Orang yang sungguh-sungguh bisa melihat hal ini dikatakan telah melihat jiwanya sendiri dan menjadi seorang Buddha.
Di zaman dahulu, Yang Dimuliakan Dunia (Sang Buddha) pergi ke Snowy Mountain (gunung salju), dan – setelah melewati enam tahun penderitaan – mendapatkan penerangan sempurna. Ini adalah penerangan sempurna dari Diri Sejati. Manusia biasa tidak mempunyai kekuatan kepercayaan dan tidak mengenal arti kegigihan walaupun hanya untuk tiga atau lima tahun. Namun, mereka yang mempelajari Jalan (Ajaran) itu pastilah benar-benar rajin selama sepuluh sampai dua puluh tahun, dua puluh empat jam sehari. Mereka menghimpun kekuatan kepercayaan yang besar, berbicara dengan orang-orang yang mempunyai kebijaksanaan, serta tidak memedulikan kesulitan dan penderitaan. Ibarat orang tua yang kehilangan anak, mereka tidak akan mundur sedikit pun dari ketetapan hati mereka. Mereka berpikir secara mendalam, menambah pertanyaan demi pertanyaan. Pada akhirnya, mereka akan tiba di sebuah tempat di mana bahkan ajaran Buddha dan Hukum Buddha akan meleleh, dan secara alami mereka akan mampu melihat “Ini”.
‘Saat menyusup ke tempat langit dan bumi belum terbagi, tempat Yin dan Yang belum ada, saya dengan cepat mendapatkan manfaat’, berarti mengarahkan pandangan ke sebuah tempat yang sudah ada sebelum langit menjadi langit dan bumi menjadi bumi, serta sebelum Yin dan Yang terbentuk. Hal ini berarti tidak menggunakan pemikiran atau pemahaman, serta harus menatap lurus ke depan. Dengan cara ini, saat pencapaian efek yang besar pasti akan tiba.
... bersambung
semesta- Jumlah posting : 54
Points : 96
Reputation : 0
Join date : 29.06.09
:: Lain Lain :: Diskusi Umum
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Tue May 15, 2012 12:26 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 3
Sun Mar 25, 2012 4:42 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 2.
Sun Mar 25, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Kundalini Part 1 By TRIMURTI YOGA KUNDALINI
Sat Mar 24, 2012 9:24 pm by henry_gautama
» Kundalini-not Only in Hinduism
Sat Mar 24, 2012 8:52 pm by henry_gautama
» Pandangan Tantrayana ttg Pembangkitan Kundalini:
Fri Mar 23, 2012 9:52 pm by henry_gautama
» Beasiswa S1
Tue Mar 20, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Lowongan MANAGER OPERASIONAL
Tue Mar 20, 2012 4:37 pm by henry_gautama
» Mengenal lebih dekat Kundalini
Tue Mar 20, 2012 3:16 pm by henry_gautama