Pencarian
Similar topics
Latest topics
Connect Facebook
Samudera Hati (TYK)
Statistics
Total 69 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah Pras
Total 428 kiriman artikel dari user in 160 subjects
:: Citta Kita adalah Agama Kita :: - Bag. 1
:: Lain Lain :: Diskusi Umum
Halaman 1 dari 1
:: Citta Kita adalah Agama Kita :: - Bag. 1
“Tidaklah perlu mengelompokkan diri kita sebagai pengikut agama tertentu, pengikut filsafat tertentu atau menempatkan diri kita dalam kategori agama tertentu. Jika kita ingin bahagia, kita harus memeriksa cara kita menjalani hidup. Citta kita adalah Agama kita.”
Bila saya berbicara mengenai citta (kesadaran), saya tidak hanya membicarakan citta saya atau pengalaman saya, namun saya membicarakan citta setiap mahkluk di alam semesta.
Cara kita hidup dan cara kita berpikir – semuanya kita tujukan demi kesenangan material. Kita menganggap obyek-obyek indrawi adalah yang terpenting, dan secara materialistik – kita mengabdikan diri pada apa pun yang membuat kita senang, terkenal atau popular. Meskipun semuanya berasal dari citta, namun kita sepenuhnya disibukkan oleh obyek-obyek eksternal sehingga kita tidak pernah menanyakan mengapa obyek-obyek eksternal itu begitu menarik.
Selama kita eksis, citta (kesadaran) adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri kita dan ini menyebabkan emosi kita selalu bergejolak. Yang bergejolak bukanlah tubuh kita, namun pikiran kita yang cara kerjanya tidak kita pahami. Oleh karena itu, kita harus memeriksa diri kita sendiri bukan hanya tubuh, namun juga citta kita. Lagipula, citta kitalah yang selalu memberitahukan kita apa yang harus dilakukan. Kita seharusnya memahami psikologi kita sendiri, atau dalam istilah religius disebut sifat keberadaan citta yang sesungguhnya. Apapun sebutannya, kita harus mengetahui citta kita sendiri.
Janganlah berpikir bahwa memeriksa dan mengetahui sifat keberadaan citta hanya urusan orang Timur saja. Ini adalah pemikiran yang keliru. Memeriksa dan mengetahui sifat keberadaan citta adalah urusan kita semua. Bagaimana kita dapat memisahkan tubuh atau pandangan tentang diri kita sendiri dari kesadaran kita? Tidak mungkin. Kita menganggap bahwa kita adalah orang yang independent, bebas berkeliling dunia, dan menikmati segalanya. Walaupun kita berpikir begitu, sebenarnya kita tidak bebas. Saya tidak mengatakan bahwa kita berada di bawah kendali orang lain. Pikiran yang tidak terkendali, keterikatan (Sanskerta: raga / lobha) kitalah yang menindas diri kita sendiri. Jika kita mengetahui bagaimana kita menindas diri kita sendiri, maka pikiran yang tidak terkendali akan lenyap. Mengetahui citta kita sendiri merupakan solusi untuk semua masalah kita.
Bila saya berbicara mengenai citta (kesadaran), saya tidak hanya membicarakan citta saya atau pengalaman saya, namun saya membicarakan citta setiap mahkluk di alam semesta.
Cara kita hidup dan cara kita berpikir – semuanya kita tujukan demi kesenangan material. Kita menganggap obyek-obyek indrawi adalah yang terpenting, dan secara materialistik – kita mengabdikan diri pada apa pun yang membuat kita senang, terkenal atau popular. Meskipun semuanya berasal dari citta, namun kita sepenuhnya disibukkan oleh obyek-obyek eksternal sehingga kita tidak pernah menanyakan mengapa obyek-obyek eksternal itu begitu menarik.
Selama kita eksis, citta (kesadaran) adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri kita dan ini menyebabkan emosi kita selalu bergejolak. Yang bergejolak bukanlah tubuh kita, namun pikiran kita yang cara kerjanya tidak kita pahami. Oleh karena itu, kita harus memeriksa diri kita sendiri bukan hanya tubuh, namun juga citta kita. Lagipula, citta kitalah yang selalu memberitahukan kita apa yang harus dilakukan. Kita seharusnya memahami psikologi kita sendiri, atau dalam istilah religius disebut sifat keberadaan citta yang sesungguhnya. Apapun sebutannya, kita harus mengetahui citta kita sendiri.
Janganlah berpikir bahwa memeriksa dan mengetahui sifat keberadaan citta hanya urusan orang Timur saja. Ini adalah pemikiran yang keliru. Memeriksa dan mengetahui sifat keberadaan citta adalah urusan kita semua. Bagaimana kita dapat memisahkan tubuh atau pandangan tentang diri kita sendiri dari kesadaran kita? Tidak mungkin. Kita menganggap bahwa kita adalah orang yang independent, bebas berkeliling dunia, dan menikmati segalanya. Walaupun kita berpikir begitu, sebenarnya kita tidak bebas. Saya tidak mengatakan bahwa kita berada di bawah kendali orang lain. Pikiran yang tidak terkendali, keterikatan (Sanskerta: raga / lobha) kitalah yang menindas diri kita sendiri. Jika kita mengetahui bagaimana kita menindas diri kita sendiri, maka pikiran yang tidak terkendali akan lenyap. Mengetahui citta kita sendiri merupakan solusi untuk semua masalah kita.
... bersambung
semesta- Jumlah posting : 54
Points : 96
Reputation : 0
Join date : 29.06.09
Similar topics
» :: Citta Kita adalah Agama Kita :: - Bag. 2
» Meditasi: Mengaitkan kembali kita dgn Pusat diri Kita.
» organ otak kita mampu 'melihat dan membuktikan eksistensi tuhan
» Meditasi: Mengaitkan kembali kita dgn Pusat diri Kita.
» organ otak kita mampu 'melihat dan membuktikan eksistensi tuhan
:: Lain Lain :: Diskusi Umum
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Tue May 15, 2012 12:26 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 3
Sun Mar 25, 2012 4:42 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 2.
Sun Mar 25, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Kundalini Part 1 By TRIMURTI YOGA KUNDALINI
Sat Mar 24, 2012 9:24 pm by henry_gautama
» Kundalini-not Only in Hinduism
Sat Mar 24, 2012 8:52 pm by henry_gautama
» Pandangan Tantrayana ttg Pembangkitan Kundalini:
Fri Mar 23, 2012 9:52 pm by henry_gautama
» Beasiswa S1
Tue Mar 20, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Lowongan MANAGER OPERASIONAL
Tue Mar 20, 2012 4:37 pm by henry_gautama
» Mengenal lebih dekat Kundalini
Tue Mar 20, 2012 3:16 pm by henry_gautama