Pencarian
Similar topics
Latest topics
Connect Facebook
Samudera Hati (TYK)
Statistics
Total 69 user terdaftarUser terdaftar terakhir adalah Pras
Total 428 kiriman artikel dari user in 160 subjects
Hubungan Sila Dan Rambu Lalulintas Dengan "kesadaran"
Halaman 1 dari 1
Hubungan Sila Dan Rambu Lalulintas Dengan "kesadaran"
Kemarin sore sepulang dari kantor, seperti biasa saya melewati jalan dari kantor menuju pintu tol bandara sampai akhirnya keluar dari tol bandara menuju kerumah. Dan tidak seperti biasanya saya mengamati rambu-rambu lalulintas yang saya lewati disepanjang jalan. Ada rambu yang mengartikan dilarang berhenti, dilarang parkir, dilarang memutar ada juga lampu lalulintas (hijau, kuning, merah) dll.
Ketika itu sambil mengendarai mobil, saya mencoba merenung. Jika demikian Sila yang kita jalani dalam Buddhis sama halnya seperti kita mentaati rambu-rambu lalulintas. Yaitu dibalik semua yang kita jalankan, yaitu Sila dan mentaati rambu-rambu lalulintas ada "kesadaran". Jika kita tidak mempunyai "kesadaran" untuk melakukan hal tersebut, saya yakin kita pasti melanggar semua itu.
Namun saya menjadi ingat tentang iklan di televisi beberapa waktu lalu yang menggambarkan keadaan diperjalanan dengan adanya rambu lalulintas, yang kurang lebih bunyinya adalah sebagai berikut "Taat jika ada yang lihat..". Itulah yang banyak terjadi didalam masyarakat.
Kebanyakan dari kita mentaati rambu-rambu lalulintas jika saja ada polisi, jika tidak ada polisi lain lagi ceritanya. Dan bagaimana dengan Sila?, terkadang untuk menjalankan Sila biasanya kita hanya mentaati jika berada didalam lingkungan Vihara saja.
Jadi yang dibutuhkan disini adalah "kesadaran" dalam menjalankan Sila, ataupun dalam mentaati rambu-rambu lalulintas. JIka kita semua sudah memiliki "kesadaran" saya yakin kita tidak akan mungkin untuk melanggar sila ataupun melanggar rambu-rambu lalulintas tersebut.
Saya jadi ingat perkataan seseorang yang pernah mengatakan kepada saya bahwa " Orang spiritual itu jika lampu merah berhenti". Makna dibalik kata-kata yang sangat sederhana itu sangat dalam, artinya orang spiritual itu adalah orang yang telah "sadar", sehingga tidak lagi menerobos lampu merah.
Terkadang kita sangat jauh sekali untuk mengartikan sebuah kata "spiritual" mungkin ada yang bilang, yang sudah hapal paritta atau yang hapal tata cara kebaktian, atau yang lainnya. Saya rasa dengan kalimat diatas "Orang spiritual itu jika lampu merah berhenti.." sudah sangat dalam maknanya. Karena spirituallitas itu ya keseharian kita, tidak jauh-jauh dari keseharian kita.
_/\_
Che Na
04 Juni 2009
Ketika itu sambil mengendarai mobil, saya mencoba merenung. Jika demikian Sila yang kita jalani dalam Buddhis sama halnya seperti kita mentaati rambu-rambu lalulintas. Yaitu dibalik semua yang kita jalankan, yaitu Sila dan mentaati rambu-rambu lalulintas ada "kesadaran". Jika kita tidak mempunyai "kesadaran" untuk melakukan hal tersebut, saya yakin kita pasti melanggar semua itu.
Namun saya menjadi ingat tentang iklan di televisi beberapa waktu lalu yang menggambarkan keadaan diperjalanan dengan adanya rambu lalulintas, yang kurang lebih bunyinya adalah sebagai berikut "Taat jika ada yang lihat..". Itulah yang banyak terjadi didalam masyarakat.
Kebanyakan dari kita mentaati rambu-rambu lalulintas jika saja ada polisi, jika tidak ada polisi lain lagi ceritanya. Dan bagaimana dengan Sila?, terkadang untuk menjalankan Sila biasanya kita hanya mentaati jika berada didalam lingkungan Vihara saja.
Jadi yang dibutuhkan disini adalah "kesadaran" dalam menjalankan Sila, ataupun dalam mentaati rambu-rambu lalulintas. JIka kita semua sudah memiliki "kesadaran" saya yakin kita tidak akan mungkin untuk melanggar sila ataupun melanggar rambu-rambu lalulintas tersebut.
Saya jadi ingat perkataan seseorang yang pernah mengatakan kepada saya bahwa " Orang spiritual itu jika lampu merah berhenti". Makna dibalik kata-kata yang sangat sederhana itu sangat dalam, artinya orang spiritual itu adalah orang yang telah "sadar", sehingga tidak lagi menerobos lampu merah.
Terkadang kita sangat jauh sekali untuk mengartikan sebuah kata "spiritual" mungkin ada yang bilang, yang sudah hapal paritta atau yang hapal tata cara kebaktian, atau yang lainnya. Saya rasa dengan kalimat diatas "Orang spiritual itu jika lampu merah berhenti.." sudah sangat dalam maknanya. Karena spirituallitas itu ya keseharian kita, tidak jauh-jauh dari keseharian kita.
_/\_
Che Na
04 Juni 2009
Che Na- Jumlah posting : 94
Points : 186
Reputation : 3
Join date : 29.06.09
Similar topics
» Tingkat "kesadaran" seperti cahaya lampu mobil
» Self Healing dengan Ayurveda
» Melawan Kepasrahan Diri dengan Ketenangan Pikiran
» Self Healing dengan Ayurveda
» Melawan Kepasrahan Diri dengan Ketenangan Pikiran
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Tue May 15, 2012 12:26 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 3
Sun Mar 25, 2012 4:42 pm by henry_gautama
» KUNDALINI SHAKTI part 2.
Sun Mar 25, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Kundalini Part 1 By TRIMURTI YOGA KUNDALINI
Sat Mar 24, 2012 9:24 pm by henry_gautama
» Kundalini-not Only in Hinduism
Sat Mar 24, 2012 8:52 pm by henry_gautama
» Pandangan Tantrayana ttg Pembangkitan Kundalini:
Fri Mar 23, 2012 9:52 pm by henry_gautama
» Beasiswa S1
Tue Mar 20, 2012 4:39 pm by henry_gautama
» Lowongan MANAGER OPERASIONAL
Tue Mar 20, 2012 4:37 pm by henry_gautama
» Mengenal lebih dekat Kundalini
Tue Mar 20, 2012 3:16 pm by henry_gautama